Usai Tinus "PERKO", Muncul Vikaris "PERKO", Diduga Korban Capai 30 Orang, Dewasa-Anak-anak
Setelah Tinus "PERKO", Kini Muncul Vikaris "PERKO", Korban Capai 30 Orang, Dewasa dan Anak-anakIstilah "perko" di NTT menggema di media sosial setelah Tinus Tanaem ditangkap polisi karena perkosa dan membunuh Nona Bahar dan Nona Welkis di hutan Batakte, Kupang barat Kabupaten Kupang. Selain kedua korban, masih banyak korban lain, termasuk mahasiswa. Tinus juga punya banyak Istri di kampung. Saking banyaknya korban Tinus, maka orang kampung panggil "Tinus Perko", alias Tinus Perkosa.Setelah kasus Tinus Perko tersebut, kini muncul "Vikaris Perko" menggema. Hal itu muncul lagi karena Vikaris atau salah seorang calon pendeta GMIT, terlibat kasus pemerkosaan di tempatnya melayani di Allor. Diduga, menurut orangtua, korban Vikaris Perko Itu diduga sudah mencapai 30 orang, bahkan sudah ada yang melahirkan.
Vikaris Pelaku Pemerkosaan Di ALor Ditangkap Polisi
Dilansir dari wartaalor.com, berdasarkan pengakuan orang tua korban menyebut jumlah anak-anak yang diduga dilecehkan dan diperkosa oknum Calon Pendeta banyak. Bahkan dari persetubuhan itu, ada korban yang hamil dan sudah melahirkan anak.
“Korban banyak sekali Om. Ada 20 an sampai 30 orang itu. Lebih banyak anak dibawah umur. Ada yang tidak ikut datang ke Polres karena tidak mau publik tahu,” ungkap FK, orang tua salah satu korban saat ditemui Wartawan di Polres Alor, (6/9) siang.
FK menguraikan, untuk korban yang hamil dan melahirkan anak itu adalah orang dewasa yang kemungkinan persetubuhan dilakukan atas dasar suka sama suka.
“Bukan hamil lagi Om tapi ada yang sudah melahirkan. Jadi waktu dia punya keluarga tanya siapa yang kasih hamil, dia bilang Bapak Vikaris yang kasih hamil,” kata FK.
FK mengatakan, ada pengakuan anak-anak yang menyebut mereka mendapat perlakuan tak senonoh dari Calon Pendeta itu di kompleks Gereja. Seperti di Pastori (Rumah Jabatan Pendeta), Konsistori bahkan didalam Gereja.
Menurut FK, setiap kali pelaku menjalankan aksinya selalu mengancam korban untuk tidak memberitahukan kepada siapapun.
“Anak-anak diancam tidak boleh lapor orang tua. Dia (Vikaris) bilang kalau ada yang lapor nanti dia punya orang tua itu sakit-sakit sampai mati. Jadi kamu mau orang tua kamu mati..? Ada juga yang dia ancam kalau lapor nanti dia tidak urus kamu jadi sekolah Pendeta,” kisah FK menambahkan.
Orang tua korban lainnya berinisial NK juga menyesali perbuatan sang Vikaris tersebut. Dengan mata berkaca-kaca, NK merasa kesal atas perbuatan oknum Vikaris yang sudah melecehkan harkat dan martabat anak gadis mereka. Karena itu dia memohon, aparat penegak hukum agar berikan hukuman berat kepada pelaku.
“Dia (Vikaris) itu 1 tahun 8 bulan tugas di kampung. Selama ini kami punya perhatian yang luar biasa terhadap dia. Karena dia orang luar yang datang tugas disini, jadi kami anggap seperti saudara sendiri. Waktu dia punya pindah itu kami (jemaat) berkorban buat pesta perpisahan. Kami kasih dia oleh-oleh, tapi ternyata dia tega sekali. Dia justru kurang ajar dengan kami,” ungkap NK dengan nada kesal.